Lost In Jogja

/
0 Comments

Hampir setengah tahun gak up date blog. Alhmdulillah setelah 3 bulan bekerja, bisa beli laptop sendiri dan bisa produktif lagi. Akhrinya boleh dah nge-blog lagi. Baiklah mari kita mulai dengan sedikit cerita traveling yang saya lakukan sekitar setahun yang lalu, tepatnya bulan februari ketika saya masih berstatus sebagai mahasiswa.

Pada postingan sebelumnya, saya sudah menceritakan tentang perjalanan saya ke Bromo. Saat itu hari Minggu 12 Februari 2012. Keesokan harinya, hari Senin, saya berkumpul dengan teman satu proyek penelitian, Frizal dan Okta, beserta pak Mashudi (dosen saya). Pertemuan itu mengharuskan kami untuk mengirim sampel penelitian kami ke laboratorium di UGM Jogjakarta pada hari selasa malam. Tapi waktu itu saya cukup bingung karena harus mengurus seminar hasil penelitian yang akan digelar seminggu setelahnya. Setelah diskusi yang cukup alot dengan Frizal dan Okta, akhirnya diputuskan bahwa saya bisa ikut dengan opsi bahwa saya akan pulang lebih awal. Lagian sudah lama juga gak pergi ke Jogja, hitung-hitung refreshing sebelum seminar.

Kami berangkat pada selasa sekitar pukul 10 malam dengan mobil carteran dengan ditemani sopir, teman kuliah saya sendiri, namanya Arga Haris tapi biasa dipanggil “Mambak”, kurang tahu juga kenapa dia dipanggil begitu. Haha. Dia cukup lama bergelut dibidang pariwisata sebagai sopir bus. Dia satu kontrakan dengan Frizal dan berminat untuk ikut karena ingin merasakan lagi suasana mengemudi di malam hari. Lumayan aneh juga sih alasannya (emang aneh,, haha). Sepanjang perjalanan sepertinya saya lumayan nyenyak tidur (emang doyan tidur sih.. huhu). Sampai di Masjid depan candi Prambanan pada pukul 6 pagi, kami menyempatkan diri untuk mandi dan sarapan pagi.

Setalah selesai sarapan, kamipun mulai menentukan rencana kegiatan selama di Jogja. Sempat ada ketegangan kembali tentang metode kepulangan saya yang harus pulang lebih awal sampai akhirnya disepakati bahwa saya akan pulang dengan naik kereta api.

Hari itu 15 Februari 20120, dimulai dengan mengirim sampel penelitian berupa supernatan dari produksi gas pada penelitian in vitro dan dikirim ke laboratorium pangan Fakultas Pertanian UGM. Lumayan cepat juga prosesnya. Tak lebih dari sejam kami disana dan bisa langsung cabuttt... huhu.

Sesuai rencana awal, kami langsung menuju Stasiun kota untuk membeli tiket kereta yang akan saya naiki malam harinya menuju Malang. Lumayan mahal juga tiket ekonomi Malabar, waktu itu sudah mencapai Rp 95000. Tapi gak masalah karena masih dibayari sama bapak dosen tercinta.. hehe

 
Stasiun kota Yogyakarta

Selanjutnya kami berangkat ke kontrakan pacar Okta yang ada di Jogja (ketahuan Player ni om2 haaha), lupa namanya. Tempatnya sih gak begitu jauh dari kraton, di deket akper yang ada di tengah pasar gitu. Nungguin Okta ngurus pacarnya bikin gemes juga pengen makan orang. Hadeuh. Hawanya panas juga saat itu. Akhriny asetelah sejam, Okta nongol dengan ceweknya yang baru ditemuinya sekali pada hari itu (ini pacaran ga sih.. hadeeeh).

Perjalanan pun dilanjutkan kembali dengan terlebih dahulu ke kontrakan Fitri, pacar Frizal dan teman kuliah pacarnya okta. Bener2 player tuh berdua haha.. peace kawan.. gak jauh beda dengan sebelumnya, Fitri juga belum siap. Bahkan dia masih pake baju tidur yang mirip seragam judo yang ada ikat pingganggnya gitu. Hadeeeeeh. Nunggu lagi dah. Akhirnya daripada nungguin orang dandan, saya pergi ke warnet sebelah kontrakannya dia. Lumayan bisa liat berita2 terbaru dan ngopy film juga.. hehe..

Setelah sejam lebih, baru dah kita berangkat. Karena sudah lumayan siang dan laper lagi, kami putuskan untuk perki ke tempat makan, The House of Raminten, rumah makan yang lumayan terkenal disana. Pemiliknya adalah Raminten, seorang sinden perempuan yang sebelumnya laki *lho. Keren juga sih konsepnya, setiap pelayan pake pakaian tradisional. Pelayan Yang cowok Cuma pake celana dan kain batik sebagai bawahan dengan tanpa atasan. Jadi ya ote-ote dah kalo kayak orang jawa bilang. Yang cewek Cuma pake daleman orang jawa (kayak kemben gitu) dan bake jarik dari batik untuk bawahannya. Sekali pesan langsung bayar dan pelayan2 itu langsung lapor ke bagian dapur lewat HT. Kereen yak.. huuhu.. Klo masakannya, menurutku yang orang awam sih lumayan biasa ajah.. hihi.


The House of Raminten

Setelah kenyang, kami mulai mencari hotel untuk beristirahat sejenak. Tapi saya gak puas klo ga jalan-jalan. Mambak hanya ingin tidur di hotel karena sangat ngantuk. Selain itu, ternyata Frizal dan Okta berencana menghabiskan waktu bersama pacar-pacarnya masing-masing. Nah ane mo dikemanain cobak. Akhirnya, saya membujuk teman saya untuk mengantar saya ke kraton dan biarkan saja saya jalan-jalan sendiri, backpackeran gitu dah..

Keraton Ngajogjakarta Hadiningrat

Sayangnya saya sampai di kraton Ngajogjakarto Hadiningrat lebih dari pukul 2 siang dan tak bisa masuk dan hanya bisa di teras dan luarnya saja. Tapi bagi saya tak masalah. Saya minta diantar guide saat itu, bapaknya mau dibayar berapa saja, jadi bingun mo bayar berapa. Hadeuh. Bapak guide menceritakan sejarah tentang Jogjakarta. Mulai dari upacara-upacara adatnya, baju-baju kenegaraan dan lain sebagainya.


Di depan replika Masjid Gedhe Jogjakarta

Di bangsal Keraton

Foto Sri Sultan Hamengku Buwono X

Masih banyak cerita tentang Jogja sepertinya.. tapi boleh dah diterusin di postingan selanjutnya yak... hehe..


You may also like

Tidak ada komentar:

Total Visitors

Diberdayakan oleh Blogger.